Akuntasi, seperti bidang lain, menjunjung nilai-nilai tertentu. Nilai khusus tersebut kemudian menjadi karakter dasar yang jika dijaga dengan baik bisa menjadi keunggulan tersendiri di dunia karier. Nilai khusus tersebut adalah akuntabilitas – bisa dipertanggungjawabkan. Memiliki arti bahwa setiap angka yang tercantum dalam laporan akuntasi harus bisa dipertanggungjawabkan.
1. Akurat
Dunia akuntasi erat kaitannya dengan dua hal, yakni angka dan uang.
Perhitungan angka harus akurat dan penggunaan uang haruslah akuntabel – dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, pekerjaan seorang akuntan adalah mengakurasikan dan mengakuntabelkan angka dan atau uang yang dipergunakan dalam aktivitas bisnis.
Menjadi akurat merupakan salah satu karakter dasar yang harus dimiliki oleh seorang akuntan. Hal ini karena prinsip dasar akuntasi yang menjadikan akuransi sebagai nilai yang tidak boleh dikompromikan. Ketidakakuratan seakan merupakan kegagalan yang tidak boleh ada di dunia akuntan. Akuntasi hanya mengakui transaksi yang didukung oleh bukti transaksi yang valid dan angka yang diakui harus sama persis dengan yang tertera dalam bukti transaksi, sehingga tidak heran menjadi akurat adalah sifat dasar seorang akuntan.
2. Detail
Akurasi membutuhkan detail. Tanpa detail yang cukup maka mustahil hasil yang didapat akan akurat. Maka dari itu, setiap pekerjaan akuntasi dibutuhkan detail yang kuat.
Contohnya: Pembelian kertas sebanyak 5 kardus dari supplier tidak bisa dicatat dengan “Persediaan Kertas 5 Kardus Rp 450,000”. Pencatatan sesuai prinsip akuntasi haruslah secara detail dan rinci – dengan menjelaskan jenis kertasnya dan berapa banyak. Maka seharusnya ditulis dengan; “Persediaan Kertas A4 Sebanyak 5 Rim Rp 450,000”.
Bagi orang akuntasi, sesuatu yang tidak detail cenderung tidak akurat – sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut menjadi alasan mengapa seorang akuntan cenderung terbiasa terhadap hal-hal yang bersifat detail.
3. Logis
Memang benar, akuntasi banyak bermain dengan angka. Namun, bukan berarti akuntasi termasuk golongan ilmu pasti. Akuntasi banyak menggunakan prinsip dan asumsi yang masih dalam kisaran logis. Dalam hal memahami pekerjaan akuntasi, orang akuntasi biasanya tidak kaku dan bisa menerima hal-hal yang ditangkap nalar serta alasan logis. Itulah sebabnya orang-orang akuntasi, dalam kesehariannya, adalah orang-orang yang lebih banyak menggunakan logika dibandingkan hal lain.
Logis merupakan nilai positif di segi kehidupan manapun, baik di lingkungan masyarakat dan juga lingkungan bekerja. Di lingkungan bisnis misalnya, input dasar pemikiran pengambilan keputusan haruslah didasari pemikiran logis, tidak bisa berdasarkan asumsi dan pertimbangan yang ngawur.
4. Konsisten
Akuntabilitas, disamping butuh akurasi, detail dan kelogisan, juga membutuhkan sikap konsisten. Tidak bisa naik turun, semuanya harus dilakukan secara konsisten. Mulai dari prosedur akuntasi, metode yang digunakan, satuan ukuran yang digunakan, format penyajian laporan, semuanya harus konsisten.
Tuntutan konsistensi tersebut, jelas atau tersamar, tergambar dalam pola pikir dan perilaku seorang akuntan – di manapun mereka berada, mereka cenderung menunjukkan pola pikir dan perilaku yang konsisten. Tidak gamang.
5. Disiplin
Tanpa disiplin yang tinggi, mustahil konsistensi akan tercapai. Konsisten butuh disiplin tinggi, agar:
• Taat pada prosedur dan aturan perusahaan,
• Tidak menyepelekan data atau fakta sekecil apa pun,
• Taat pada aturan pemerintah,
• Taat pada standard kode etik,
• Taat pada prinsip yang berterima umum dan praktek yang lazim.
Laporan yang disampaikan oleh akuntan haruslah relevan dan selesai tepat waktu sehingga tidak kadaluarsa. Untuk bisa memenuhi itu semua, maka haruslah ada kedisiplinan tinggi yang dimiliki oleh akuntan. Secara keseluruhan, pekerjaan akuntasi tergolong pekerjaan yang membutuhkan disiplin yang tidak main-main.
Jika kamu tertarik menjadi seorang akuntan, maka lima sifat di atas wajib kamu miliki. Kamu bisa mulai menerapkan salah satu, atau bahkan lima, sifat di atas di kehidupan sehari-hari. Mulailah dari hal yang paling sederhana saja dulu, contohnya detail. Cobalah untuk lebih detail dan teliti dalam menjalani keseharian dan jangan terburu-buru ketika menyelesaikan suatu tugas, karena terkadang bila kita terburu-buru, terlebih saat membuat laporan, hasilnya bisa tidak balance. Tetap semangat ya!
semoga sukses .